星洲网
星洲网
星洲网 登录
我的股票|星洲网 我的股票
Newsletter|星洲网 Newsletter 联络我们|星洲网 联络我们 登广告|星洲网 登广告 关于我们|星洲网 关于我们 活动|星洲网 活动

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

地方

|

砂专栏/交流站

|
发布: 9:00am 24/09/2024

语文出版局星洲 合力推广学国语(18)

语文出版局砂拉越分局与星洲日报携手合作推广学习国文,2023年4月起,推出名为“语文的表达是文学的根基”(Bahasa Ekspresi Sastera Tunas)栏目。

ADVERTISEMENT

有关栏目将在每个月推出一次。联办单位也欢迎民众通过扫描QR Code发送作品。

Citra dan Bahasa  dalam Sajak

Oleh: Mohamad Faizal bin Jamil

SAJAK “Keinginan” karya Soh Wei Wen menggambarkan perjalanan batin seseorang yang mendambakan cinta. Sajak ini mengajarkan kita tentang ketabahan dalam menghadapi penolakan, pentingnya memelihara harapan dan keindahan menemukan cinta yang selama ini dirindukan. Sajak ini bertemakan percintaan yang didambakan oleh penyajak sehingga apa yang diingininya dalam hubungan menjadi kenyataan akhirnya.

Sajak “Keinginan” menggunakan beragam gaya bahasa untuk membangun suasana dan menyampaikan makna secara efektif. Antaranya ialah simbolisme melalui ungkapan “hujan dan matahari” yang melambangkan kesedihan dan dugaan, sementara matahari melambangkan harapan dan kebahagiaan. Ungkapan “lebah dan bunga”  pula melambangkan keharmonian dan keindahan dalam hubungan,  metafora “cincin dengan permata” merupakan simbol kesatuan dan kesempurnaan dalam hubungan. Manakala “mentari pagi yang menyilaukan” melambangkan datangnya harapan baharu dan cinta yang didambakan.

Citraan seperti “tanah yang diguyuri hujan” menciptakan suasana sendu dan melankolis. Citraan “bunga lalu mekar melepas wangian” membangkitkan suasana indah dan menyenangkan, dan “sinaran yang semakin menyilau, menusuk ke sanubariku” pula menggambarkan kekuatan harapan yang muncul.

Metafora yang terdapat dalam sajak ini, seperti “bagai diriku yang sanggup meredah ombak ribut, namun pujaanku tetap diniskalakan”, membandingkan perjuangan cinta dengan menerjang badai, namun tak kunjung berlabuh. Manakala metafora “bagai cincin dengan permata, saling melengkapi dalam satu melodi” menggambarkan kerinduan akan cinta yang lengkap dan harmonis.

Gaya bahasa yang lain dalam sajak ini, iaitu repetisi atau pengulangan, dapat dilihat melalui ungkapan “di tepi jendela kumerenung“. Pengulangan frasa ini di awal beberapa bait menciptakan ritma dan menekankan keadaan kontemplasi daripada subjek. Penggunaan diksi yang tepat seperti “meredah”, “diniskalakan”, “menyilau”, “menusuk”, “kuburu”, berhasil membangkitkan suasana dan memperkuat makna sajak.

Sajak “Keinginan” menjelajah sejumlah pemikiran tentang kerinduan akan keharmonian dalam hubungan yang saling melengkapi – “bagai cincin dengan permata, saling melengkapi dalam satu melodi”, ketabahan penyajak dalam menghadapi penolakan cinta – “bagai diriku, yang sanggup meredah ombak ribut, namun pujaanku tetap diniskalakan”. Keinginan dan harapan dalam konteks hubungan cinta akhirnya menjelma jua – “sinaran yang semakin menyilau, menusuk ke sanubariku walaupun pernah menelusuri suasana emosi”. 

Kekuatan yang terdapat dalam sajak ini iaitu simbolisme yang memperkuatkan makna. Selain itu penyajak juga berjaya menggunakan citra alam membuat sajak ini hidup dan mudah dirasakan oleh pembaca. Kekuatannya juga terletak pada gaya bahasa yang digunakan. Sajak ini berhasil membawa pembaca melalui perjalanan emosi daripada kerinduan yang mendalam hingga munculnya seberkas harapan di akhir sajak.

Walau bagaimanapun, sajak ini tidak memberikan banyak konteks tentang subjek yang merindukan cinta dan apa yang menyebabkan kerinduan tersebut. Penjelasan lebih lanjut dapat memperkaya makna sajak. Pengulangan frasa “di tepi jendela”, meskipun efektif dalam menciptakan ritma, pengulangan frasa ini di awal beberapa bait terasa sedikit monoton dan dapat divariasikan dengan frasa lain yang lebih dinamis. Meskipun begitu, sajak ini tetap mampu menciptakan kesan mendalam pada pembaca.

Sajak “Perpaduan Bersama” karya Chin Jun Kui pula dengan lantang menyeru betapa pentingnya perpaduan dan kesatuan bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa. Sajak yang bertemakan perpaduan ini mengajak pembaca, khususnya generasi muda, untuk menjadi wahana penggerak perpaduan dan menghindari ancaman perpecahan.

Sajak ini memanfaatkan beragam gaya bahasa untuk menyampaikan pesannya. Antaranya ialah metafora “perpaduan adalah kunci utama kepada pintu kemakmuran negara” – menggambarkan perpaduan sebagai elemen penting (kunci) untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan (pintu kemakmuran); “selekoh perpaduan” – menggambarkan jalan yang benar menuju kemajuan; “jurang perkauman, lembah rasis” – menggambarkan jalan yang berbahaya menuju kehancuran; dan “kita pusingkan stereng aspirasi menuju destinasi murni” – menggambarkan generasi muda sebagai pengendali yang menentukan arah (destinasi) bangsa.

Gaya-gaya bahasa yang lain seperti personifikasi juga dapat dilihat melalui ungkapan “ketidaktentuan yang menduri, membinasa anak bangsa” – menggambarkan ketidaktentuan yang berlaku dalam masyarakat. Terdapat juga antitesis dalam sajak ini, seperti “aman makmurlah negara” dengan “perpecahan dan kehancuran”. Dua kemungkinan masa hadapan bangsa dipertentangkan untuk menggambarkan konsekuensi daripada pilihan yang diambil.

Selain itu terdapat juga pengulangan melalui perkataan “perpaduan” yang menjadi kata kunci untuk menekankan pentingnya tema utama sajak. Manakala bahasa figuratif seperti “kita pandu visi pertiwi meraih aman, makmur, terbilang di persada dunia” menggambarkan cita-cita mulia bangsa. Kata seru “wahai generasiku, ayuh!” digunakan oleh penyajak untuk membangkitkan semangat dan mengajak generasi muda untuk turut berperan aktif.

Sajak “Perpaduan Bersama” menggali pemikiran tentang pentingnya persatuan dan bahayanya perpecahan bagi kemajuan sebuah bangsa dengan penekanan pada peranan dan tanggungjawab generasi muda.

Sajak ini antaranya memiliki pesan yang kuat dan relevan dengan keadaan masyarakat majmuk. Pesan ini disampaikan dengan lugas dan mudah difahami pembaca. Penyajak juga menggunakan bahasa yang evokatif dan berhasil menciptakan gambaran yang jelas dan menggugah emosi seperti “kunci utama”, “pintu kemakmuran”, “selekoh perpaduan” dan “jurang perkauman”. Sajak ini mempunyai nada ajakan yang membangkitkan semangat dengan visinya yang jelas, iaitu ke arah keteguhan perpaduan dalam kalangan rakyat Malaysia yang berbilang kaum yang dapat melahirkan kemakmuran dan terbilang di mata dunia.

Sajak ini bagaimanapun kekurangan eksplorasi emosi kerana lebih fokus pada penyampaian pesan dan ajakan. Turut terkesan beberapa kata yang klise seperti “aman makmur” dan “terbilang di persada dunia” sedangkan ia dapat digantikan dengan diksi yang lebih segar.

Meskipun begitu, sajak ini cukup kuat dan relevan dengan pesannya yang jelas, gaya bahasa yang evokatif, dan nada ajakan yang membangkitkan semangat membuatkan sajak ini efektif dalam menyampaikan pentingnya perpaduan demi kemajuan negara bangsa.

打开全文

ADVERTISEMENT

热门新闻

百格视频

ADVERTISEMENT

点击 可阅读下一则新闻

ADVERTISEMENT