语文出版局砂拉越分局与星洲日报携手合作推广学习国文,2023年4月起,推出名为“语文的表达是文学的根基”(Bahasa Ekspresi Sastera Tunas)栏目。
ADVERTISEMENT
有关栏目将在每个月推出一次。联办单位也欢迎民众通过扫描QR Code发送作品。
Apostrofe dan Pencetus Inspirasi dalam Sajak
Oleh: Mohamad Faizal Jamil (Mofa)
SAJAK “Wahai Rakan, Hargailah” karya Jeanette Kho Yu Zhen merupakan sebuah sajak nasihat yang mengajak pembaca, khususnya para sahabat, untuk menghargai pelbagai nikmat dan kesempatan yang dikurniakan dalam hidup. Sajak ini cuba mengajak pembaca untuk hidup dengan penuh kesedaran dan menghargai anugerah dalam hidup sebelum terlambat. Tema utama sajak ini adalah pentingnya menghargai apa yang kita miliki sebelum hilang. Penulis mengajak pembaca untuk menghargai waktu, alam, segala hal dalam hidup dan menghindari sebuah penyesalan apabila kenikmatan ini tiba-tiba musnah disebabkan oleh perbuatan kita sendiri.
Sajak “Wahai Rakan, Hargailah” ini menggunakan beberapa gaya bahasa yang memperkuat pesan dan daya tarikannya. Antaranya ialah apostrofe atau seruan melalui kalimat “wahai rakan”, iaitu gaya bahasa yang menyapa orang atau benda seperti sedang diajak berbicara – pembaca. Selain itu penulis juga menggunakan personifikasi seperti ungkapan “masa yang tidak menunggu” dan “masa muda yang akan berlalu”. Personifikasi ini menghidupkan abstraksi masa dan menekankan bahawa waktu terus berjalan tanpa menunggu sesiapa pun.
Manakala dari sudut metafora pula dapat dilihat kalimat “sekelip mata” yang menggambarkan betapa singkatnya masa muda. Metafora ini efektif kerana mudah difahami dan memberikan gambaran yang kuat dalam fikiran pembaca. Terdapat juga penggunaan peribahasa seperti “nasi yang telah menjadi bubur” yang membawa makna penyesalan. Pengulangan kata “hargailah” di awal beberapa baris menciptakan ritma dan penekanan pada pesan utama sajak.
Secara umum, sajak ini menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah difahami. Hal ini membuat pesan sajak mudah dicerna oleh pelbagai golongan. Sajak ini juga mengemukakan beberapa pemikiran reflektif yang mendorong kesedaran akan nilai-nilai penting dalam hidup seperti kesedaran akan kecepatan waktu selain menekankan tanggungjawab untuk melestarikan alam dan menganggapnya sebagai “harta yang amat bernilai” dan “demi masa hadapan kita”. Sajak ini juga mengajak pembaca untuk menjalani hidup dengan penuh kesedaran melalui ungkapan “hargailah yang ada di sekelilingmu”.
Kekuatan sajak ini adalah pada pesan yang jelas dan universal tentang pentingnya menghargai waktu, alam dan segala hal yang baik dalam hidup. Gaya bahasanya yang sederhana dan mudah difahami juga membuat sajak ini mudah dicerna oleh para pembaca. Manakala penggunaan peribahasa juga memberikan sentuhan budaya yang memperkaya sajak ini. Nada sajak yang persuasif mampu menciptakan kesan peribadi dan mengajak keterlibatan emosional para pembaca.
Sungguhpun demikian, sajak ini cenderung menyampaikan pesannya secara mudah dan kurang mengeksplorasi makna secara mendalam. Selain itu, sekiranya dimasukkan ilustrasi atau citraan yang lebih hidup, pasti akan memperkuat pesan dan meningkatkan daya imaginasi pembaca.
Sajak “Bangkit” karya Amelia Chen Siew Ling adalah sebuah sajak motivasi yang membakar semangat untuk bangkit daripada kegagalan dan terus berjuang meraih impian. Ia juga mengajak pembaca untuk memandang kegagalan bukan sebagai sebuah kekalahan, melainkan sebuah kesempatan untuk belajar, bangkit dan menjadi lebih kuat dalam menggapai impian. Sesuai dengan temanya, iaitu semangat pantang menyerah dalam menghadapi kegagalan.
Sajak “Bangkit” memanfaatkan beberapa gaya bahasa. Antaranya ialah anafora atau repetisi. Pengulangan frasa “jika salah” dan “jika gagal” pada awal larik menciptakan penekanan dan ritma yang kuat. Repetisi ini mengarahkan pembaca pada inti pesan sajak, iaitu untuk bangkit daripada kesalahan dan kegagalan. Kegagalan tidak dilihat sebagai pengakhir, melainkan sebahagian daripada proses menuju kejayaan. Unsur personifikasi yang terkesan dalam sajak ini ialah beberapa ungkapan “kegagalan…membentuk kita”, “menuntun kedewasaan” dan “membunuh kesombongan”, yang memberikan sifat manusia pada konsep abstrak “kegagalan”. Personifikasi ini membuat “kegagalan” lebih hidup dan mudah difahami maknanya.
Manakala ungkapan “jiwa yang hampir ditumbangkan keadaan” mengandungi hiperbola yang melebih-lebihkan untuk memberikan kesan dramatis. Hiperbola ini menggambarkan betapa beratnya keadaan yang dihadapi, namun tetap ada semangat untuk bangkit. Diksinya yang kuat dan berinspirasi seperti “perbaiki”, “coba lagi”, “tertangguh”, “membunuh kesombongan”, “tetap bangkit”, “berusahalah” dan “kejayaan yang ditempa”, efektif dalam membangkitkan semangat, optimisme dan motivasi untuk para pembaca. Kombinasi gaya bahasa yang tepat dalam sajak ini berhasil menciptakan sebuah karya motivasi yang kuat, berinspirasi dan mudah diingat.
Sajak “Bangkit” menggali sejumlah pemikiran mendalam tentang kegagalan dan makna sejati sebuah kejayaan. Sajak ini dengan tegas menolak anggapan bahawa kegagalan adalah pengakhiran kepada segala-galanya. Sebaliknya, kegagalan dipandang sebagai bahagian yang tak terpisahkan daripada perjalanan menuju kejayaan melalui ungkapan “kegagalan adalah keberhasilan yang tertangguh”.
Selain itu, kegagalan dilihat seperti guru dalam kehidupan. Perkara ini dapat ditekuni melalui ungkapan “kegagalan…membentuk kita menjadi manusia” dan “menuntun kedewasaan”. Kegagalan juga sebenarnya mampu “meruntuhkan kesombongan” membawa maksud agar perlu untuk kita merendahkan diri dan menundukkan keegoan diri dalam hidup.
Sajak ini mempunyai pesan yang kuat dan penuh inspirasi. Pesan sebegini mampu membangkitkan semangat juang. Penggunaan diksi yang tepat juga merupakan kekuatan sajak ini di samping unsur-unsur metaforanya yang memberikan perspektif baharu tentang kegagalan, iaitu sebagai sesuatu yang menunda kejayaan, bukan menghentikannya. Sajak ini terstruktur dengan baik, dimulai dengan ajakan untuk memperbaiki kesalahan dan mencuba lagi, kemudian menjelaskan manfaat kegagalan, dan diakhiri dengan penegasan bahawa tidak ada kejayaan tanpa kegagalan.
Sajak ini dapat diperkuat dengan ilustrasi atau contoh konkrit tentang bagaimana seseorang bangkit dari kegagalannya. Sajak ini juga tidak terikat pada pola rima tertentu. Meskipun tidak selalu menjadi keharusan, penggunaan rima dapat meningkatkan aspek muzikalisasi dan daya ingat sajak ini. Walau bagaimanapun, secara keseluruhannya, sajak ini merupakan sebuah karya yang baik untuk ditekuni oleh pembaca sebagai pencetus inspirasi diri.
ADVERTISEMENT
热门新闻
百格视频
ADVERTISEMENT