星洲网
星洲网
星洲网 登录
我的股票|星洲网 我的股票
Newsletter|星洲网 Newsletter 联络我们|星洲网 联络我们 登广告|星洲网 登广告 关于我们|星洲网 关于我们 活动|星洲网 活动

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

地方

|

砂专栏/交流站

|
发布: 8:00am 23/04/2024

语文出版局星洲 合力推广学国语(13)

砂拉越分局与星洲日报携手合作推广学习国文,2023年4月起,推出名为“语文的表达是文学的根基”(Bahasa Ekspresi Sastera Tunas)栏目。

ADVERTISEMENT

有关栏目将在每个月的第3个或第4个星期二推出。联办单位也欢迎民众通过扫描QR Code发送作品。

Melankolik Kehidupan dan Introspeksi Iman dalam Sajak

Oleh: Mohamad Faizal Jamil

SAJAK “Biduk Lalu” karya Chuah Kee Man merupakan sebuah sajak yang melukiskan perasaan kesepian dan nostalgia. Dalam pendahuluan sajak ini, kita disajikan dengan gambaran tentang samudera hati yang sunyi. Gambaran ini menciptakan suasana yang sepi dan sendu, menggambarkan bahawa biduk kasih berlayar menyendiri.

        Sajak ini bertemakan kesunyian dan refleksi diri melalui ungkapan “di samudera hati yang sunyi /biduk kasih berlayar menyendiri“. Selain itu terdapat juga unsur-unsur kepiluan, kehilangan, keabadian kenangan dan penerimaan sebuah realiti melalui ungkapan “dirantai oleh pilu yang tiada henti“, “di samudera yang berbeza nanti/ segala kenangan bakal dikunci rapi” dan “mungkin biduk yang berlalu akan kembali/ namun kiambang pasti tidak bertaut lagi“.

        Keseluruhan sajak mengekspresikan perjalanan emosi penulis dalam menghadapi dan memproses perubahan, kehilangan, dan keberlangsungan hidup meskipun dihadapkan pada ketidakpastian dan kepiluan yang mendalam. Dari segi gaya bahasa, sajak “Biduk Lalu” memanfaatkan beberapa jenis gaya bahasa yang berbeza, termasuklah metafora. Misalnya, “di samudera hati yang sunyi” mengibaratkan hati dengan samudera untuk menggambarkan kesunyian emosi.

        Unsur personifikasi pula dapat dilihat melalui ungkapan “ombak cinta menggerakkan” dan “deru hampa berpanjangan“. Ombak dan deru diberikan sifat seperti yang dapat bergerak dan mengeluarkan suara. Terdapat juga unsur hiperbola seperti “hampir patah dibelah dua” yang secara ekspresif menggambarkan betapa beratnya dugaan yang dihadapi. Selain itu, simile turut digunakan penulis melalui penggunaan kata “seperti” atau “bagai”. Penulis juga menggunakan gaya bahasa yang disebut sebagai alegori. Misalnya, perjalanan “biduk kasih” mungkin merupakan alegori daripada pengalaman hidup yang lebih luas.

        Sajak “Biduk Lalu” mencakup pemikiran tentang keabadian sebuah kesedihan dan keputusan untuk menyimpan kenangan masa lalu. Sajak ini penuh dengan kontemplasi tentang realiti hidup, kehilangan, penerimaan, dan kesinambungan dalam menghadapi perubahan hidup.

        Kekuatan sajak ini adalah pada penggunaan imejan yang memungkinkan pembaca merasakan kesunyian dan kepiluan yang digambarkan. Ia juga sarat dengan simbolisme, iaitu biduk kasih sebagai metafora untuk hati atau hubungan yang terapung-apung di samudera emosi. Sajak ini juga menggambarkan dengan jelas perjalanan emosi daripada kesunyian hingga penerimaan lantas menghubungkan pembaca dengan perasaan penulis. Diksi yang digunakan juga amat baik seperti “dirantai“, “pilu yang tiada henti” dan “deru hampa berpanjangan“.

        Sebaliknya, kelemahan sajak ini mungkin pada kurangnya variasi gaya bahasa jika pembaca mencari ragam retorik yang lebih luas. Perkara yang tidak dapat dielakkan, iaitu mungkin ada dalam kalangan pembaca merasakan penggunaan simbolisme dan metafora membuatkan teks menjadi ambiguiti, sehingga mengurangi kejelasan maknanya. Walau bagaimanapun, sajak ini boleh dikatakan sebuah sajak yang amat baik secara keseluruhan.

Sajak “Demi Sebuah Amanah” karya Yong Siew Chuo pula merupakan sebuah sajak eksplorasi tema tentang iman, kekuatan batin dan tanggungjawab. Sajak ini menggambarkan perjuangan batin penulis dalam mempertahankan iman dan kestabilan emosinya di tengah godaan dan kritik. Sajak ini tidak hanya merupakan permohonan ampun tetapi juga cerminan daripada kesungguhan terhadap amanah yang dijaga, mempertegas pentingnya melangkah terus meski berat dan menyakitkan.

Sajak ini bertemakan perjuangan dalam mempertahankan iman dan integriti di tengah-tengah dugaan. Ia menggambarkan pergelutan batin seseorang dalam menghadapi rintangan dan fitnah yang menguji kesabaran dan kekuatannya yang berupaya untuk tetap bertahan dalam memegang amanah dan melaksanakan tanggungjawab meskipun merasa lemah dan rapuh.

Sajak “Demi Sebuah Amanah” menggunakan beberapa jenis gaya bahasa. Antaranya ialah metafora melalui ungkapan “ranjau sebuah kehidupan“, membandingkan kesulitan hidup dengan ranjau yang melukai tanpa menggunakan kata pembanding. Dari segi personifikasi pula, misalnya “emosi yang rapuh” dan “galau dalam mindaku“, menyerupai emosi manusia untuk menggambarkan perasaan batin penulis. Terdapat juga repetisi atau pengulangan kata untuk menimbulkan kesan tertentu. Contohnya, “mampukah aku pertahankan” dan “demi sebuah amanah“. Pengulangan vokal dalam urutan kata untuk menciptakan kesan ucapan. Contohnya, asonansi boleh dilihat dalam frasa “galau dalam mindaku”.

Sajak ini mencerminkan kegundahan dan pemikiran mendalam subjek penulis terhadap tanggungjawab dan kesetiaan kepada amanah yang diberikan. Pemikiran ini berakhir dengan pengakuan bahawa subjek akan terus berusaha “kutempuhi jua walau pedih melangkah”, memperlihatkan keteguhan untuk melanjutkan perjuangan walaupun penuh dengan kesukaran.  

Kekuatan sajak ini terletak pada kemampuannya mengekspresikan kerentanan dan perjuangan batin yang mendalam. Pengulangan kata-kata seperti “andainya kumampu pertahankan” dan “mampukah aku pertahankan” menggarisbawahi tema keteguhan dan keraguan yang menjadi inti dalam sajak. Pilihan kata seperti “kekebalanku“, “kesabaranku“, “iman lemahku“, “iman yang nipis ini” dan “emosi yang rapuh ini“, berkesan dalam menggambarkan perbezaan antara keinginan untuk tabah dan realiti kerapuhan batin. Penyerahan diri kepada Tuhan memberikan nuansa spiritual yang mendalam.

Meskipun penggunaan bahasa sajak sederhana dan langsung, terdapat potensi untuk penambahan variasi dan kedalaman dalam stilistika dan penciptaan gambaran. Hal ini mungkin boleh mencakup penggunaan variasi gaya bahasa yang lebih luas atau penggunaan struktur sajak yang lebih kompleks untuk menambah intensiti dan ikatan emosional dengan pembaca. Selain itu, mungkin ada pembaca yang mencari perincian yang lebih khusus atau konteks yang lebih luas untuk membantu mereka lebih terhubung dengan keadaan yang dialami penulis dalam sajak. Secara keseluruhan, sajak ini juga baik untuk dibaca dan dihayati untuk introspeksi dan refleksi diri atas dugaan kehidupan.

打开全文

ADVERTISEMENT

热门新闻

百格视频

ADVERTISEMENT

点击 可阅读下一则新闻

ADVERTISEMENT