語文出版局星洲 合力推廣學國語(8)

Gaya bahasa ini membantu menciptakan nuansa yang penuh makna dan mendalam dalam sajak, menggambarkan keindahan dan kekuatan persahabatan serta dorongan untuk mencapai impian dengan penuh semangat. Gaya bahasa dalam sajak ini cukup baik dan penuh dengan unsur-unsur figuratif. Beberapa gaya bahasa yang terdapat dalam sajak ini ialah metafora. Penulis membandingkan senyuman sahabatnya dengan matahari yang menerangi hidup dan pelangi yang mewarnai dunia. Dari segi personifikasi pula, penulis menggambarkan sebuah rintangan yang harus dihadapi melalui ungkapan “samudera cabaran”.

Terdapat juga pengulangan kata dalam baris terakhir – “tanpa batasan, tanpa ragu” – memberikan penekanan pada idea kebebasan dan ketidakberbatasan dalam mencapai impian. Selain itu, terdapat juga estetika kata pada penggunaan kata-kata seperti “senyuman manis,” “matahari,” “pelangi” dan “angkasa citamu” yang menciptakan gambaran indah dan emosional dalam sajak ini.

Dari sudut pemikiran, sajak ini menggambarkan pemikiran yang mendalam tentang persahabatan, impian dan dorongan untuk mencapai tujuan hidup. Ini termasuklah keceriaan di awal pertemuan yang digambarkan dengan senyuman manis yang terlukis di wajah sahabat, menggambarkan kesan positif dan keceriaan dalam hubungan mereka. Pemikiran tentang kekuatan persahabatan pula dapat dilihat melalui ungkapan “samudera cabaran” dan “ancang-ancang uji” yang mencerminkan kekuatan hubungan persahabatan yang tulus. Pemikiran-pemikiran lain dalam sajak ini seperti kebebasan dan impian dengan ungkapan “terbanglah bebas menuju angkasa citamu, tanpa batasan, tanpa ragu”. Manakala pemikiran tentang kesetiaan pula melalui ungkapan “dengan ikatan hati yang telah kita simpulkan” membawa erti persahabatan dengan ikatan emosi yang tulus.

Kekuatan sajak ini adalah pada gaya bahasa dan gambaran emosi yang kuat yang berjaya menghubungkan pembaca dengan pesan sajak. Walau bagaimanapun, masih terkesan sebuah ungkapan kabur pada baris terakhirnya, iaitu tentang terbang bebas menuju angkasa citamu yang terasa abstrak dan kurang konkrit.

Sajak “Perang” karya Jeslyn Jane Chung Shin Chek pula menggambarkan penderitaan dan kekejaman perang dengan penuh kekuatan. Penulis menggambarkan perang sebagai sesuatu yang merosakkan, pemisahan keluarga dan menghancurkan kebahagiaan manusiawi. Gambaran tentang “gas beracun” yang “melemaskan damai” dan “asap kezaliman” yang menyelimuti segalanya memberikan kesan yang kuat tentang kehancuran yang ditimbulkan oleh perang.

Sajak ini juga menyoroti kekejaman penzalim dalam perang yang mengacu senapang dengan mata terpejam dan mengabaikan erangan serta martabat tanah air. Perkara ini menggambarkan pengorbanan dan penghinaan yang terjadi selama konflik berlaku. Namun, sajak ini juga menyuarakan pesan yang lebih penting, iaitu tentang menghargai kemerdekaan dan cinta pada tanah air.

Gaya bahasa dalam sajak ini kuat dan mengesankan. Penggunaan metafora untuk menggambarkan perang sebagai pembuka “pintu penderitaan”, bedil yang “meroboh rumah bahagia”, dan “gas beracun” yang “melemaskan damai” telah mengubah konsep abstrak perang kepada gambaran yang memperkuat kesan kekejaman dan kehancuran perang. Dari sudut personifikasi pula, gas beracun yang “melemaskan damai” dan maruah sebuah “tanah air” yang “dihina” dan “dipijak” memberikan atribut atau sifat manusia pada elemen-elemen yang abstrak. Terdapat juga pengulangan kata “perang” dan “penzalim” yang menciptakan kesan berirama yang memperkuat pesan utama penulis. Penulis juga mengkiaskan pejuang negara sebagai “menuju janji maut di medan perang“, sekali gus menyiratkan pengorbanan besar yang harus mereka tanggung dalam mempertahankan tanah air.

Gaya bahasa ini membantu menciptakan kesan yang kuat dalam sajak. Sajak ini juga mengungkapkan sejumlah pemikiran yang mendalam tentang perang dan nilai-nilai nasionalisme. Beberapa pemikiran dalam sajak ini termasuklah kesan kemusnahan peperangan yang dicerminkan melalui pemikiran tentang kerosakan dan kekejaman perang terhadap kehidupan manusia selain kecaman terhadap kekejaman para penzalim. Sajak ini juga mencerminkan penghargaan terhadap keberanian para pejuang dan yang paling utama, sajak ini mengajak pembaca untuk menghargai kemerdekaan dan cintakan negara.

Kekuatan yang terdapat dalam sajak ini ialah gambaran emosi yang kuat tentang peperangan yang boleh dirasai oleh pembaca. Selain itu, sajak ini menyampaikan pesan moral yang tegas tentang kekejaman perang dan pentingnya menghargai kemerdekaan dan tanah air. Pesan ini memberikan sajak itu sendiri makna yang mendalam. Penggunaan bahasa yang kuat seperti “dihina” dan “dipijak” menggambarkan penghinaan terhadap martabat tanah air dengan kuat.

Walau bagaimanapun, terdapat beberapa bahagian dalam sajak ini yang masih subjektif dalam penafsiran dan tergantung pada sudut pandang individu. Perkara ini boleh menimbulkan inteprestasi pelbagai terhadap menginterpretasikan pesan sajak kepada pembaca. Sajak ini menggunakan bahasa yang sederhana dan polos, dan boleh dianggap sebagai kelemahan oleh pembaca yang ingin mencari gaya bahasa yang lebih kompleks dalam sebuah pesan.

Secara keseluruhan, kedua-dua sajak yang disiarkan dalam ruangan ini pada bulan ini cukup baik dengan mengambil kira usia kedua-duanya dalam dunia penulisan. Semoga kedua-dua penulis mahu untuk terus belajar dan mempelajari kaedah penulisan daripada pembacaan yang baik. Tahniah dan teruskan berkarya!

（刊期：2023年11月21日）