跨语文和单位合作!
ADVERTISEMENT
砂拉越分局与星洲日报携手合作推广学习国文,2023年4月起,推出名为“语文的表达是文学的根基”(Bahasa Ekspresi Sastera Tunas)栏目。
有关栏目将在每个月的第3个星期二推出。联办单位也欢迎民众通过扫描QR Code发送作品。
Tema Ode dan Corak Imejan dalam Sajak
Oleh: Mohamad Faizal Jamil
SAJAK bertajuk “Sarawak Maju Makmur” karya Toh Chee Leong menggambarkan keadaan negeri Sarawak yang maju dan makmur dalam beberapa dekad terakhir. Sajak ini juga menyoroti pentingnya kontribusi dari berbagai-bagai sumber, termasuk pemimpin yang bertanggungjawab dan masyarakat yang beragam. Sambutan Jubli Intan Sarawak juga dinyatakan sebagai penghargaan atas kerja keras dan kerjasama yang dilakukan oleh rakyat untuk mencapai kesejahteraan dan kemaslahatan bersama.
Dalam sajak ini terdapat beberapa pemikiran yang cuba disampaikan oleh penyajak, seperti pembangunan yang megah dan berpotensi. Sarawak telah mengalami pembangunan yang pesat selama enam dekad terakhir dan memiliki potensi untuk terus maju pada masa hadapan. Kolaboratif berterusan antara pelbagai pihak termasuk pemimpin dan rakyat negeri ini mampu menjanjikan masa hadapan yang cerah. Manakala terdapat juga pemikiran tentang inklusif sosial dan pembangunan mampan yang menekankan pentingnya pembangunan yang pesat
melibatkan peranan semua lapisan masyarakat.
Selain itu, terdapat juga pemikiran tentang penghargaan penyajak dalam mengapresiasi upaya dan kerjasama yang dilakukan oleh rakyat Sarawak ke arah mencapai kemakmuran. Melalui perpaduan yang utuh pula mampu menjaga hubungan harmonis antara masyarakat dari pelbagai suku kaum, budaya dan agama. Inti paling penting dalam sajak ini ialah pemikiran tentang betapa pentingnya cinta dan kebanggaan terhadap ibu pertiwi seperti pada bait-baitnya yang terakhir -“Segulai sejalai/ Sarawakku sayang”.
Jika diteliti daripada sulaman kata-kata dalam sajak ini, bolehlah dikatakan ia agak mendatar dan juga masih terdapat sedikit kekeliruan dalam penggunaan perkataan atau diksi dengan betul. Contohnya pada rangkap kedua baris yang kedua – “amanah tunggak pemimpin” – sepatutnya penyajak menggunakan perkataan “tonggak” bukannya “tunggak” yang membawa maksud yang lain.
Dalam sajak ini juga terdapat gaya bahasa repetisi, iaitu pengulangan kata “ma…” seperti yang terdapat dalam rangkap keempat – “Sarawak akan terus maju, makmur” – memberikan kesan kuat tentang kelestarian dan kemajuan. Terdapat juga gaya bahasa perbandingan seperti pada rangkap kedua – “inklusif sosial dan pembangunan mampan” – yang menggambarkan pembangunan Sarawak melibatkan semua pihak secara adil. Selain itu terdapat juga kata-kata positif pada rangkap yang pertama – “megah berpotensi/ menjulang wilayah maju/ berpendapatan tinggi… ” – yang memberikan kesan positif tentang perkembangan negeri Sarawak.
Namun sajak ini kurang memanfatkan kata-kata puitis – “segulai sejalai” – memberikan kesan kedekatan emosional dengan negeri Sarawak dan mengakrabkan rasa cinta serta kesayangan terhadap ibu pertiwi. Manakala penggunaan perkataan “Jubli Intan” dan “kemaslahatan bersama” juga menggambarkan acara dan nilai-nilai khusus yang terkait dengan pembangunan negeri ini. Pada akhirnya, sajak ini menekankan pentingnya perpaduan yang utuh antara anggota masyarakat negeri Sarawak yang beragam dalam mencapai kesejahteraan bersama. Penulis disarankan untuk menyajikan lebih banyak kata-kata puitis dalam penulisan yang akan datang untuk membangkitkan kejiwaan dan kecintaan pembaca terhadap karya sebegini.
Sajak bertajuk “Si Tua dan Samudera” karya Adam Buck Lee pula menggambarkan kehidupan seorang nelayan tua yang tetap gigih dan bersemangat untuk mencari nafkah meskipun menghadapi tentangan dan tragedi di tengah samudera yang luas.
Sajak ini merupakan penyampaian yang indah tentang keberanian dan ketahanan seorang nelayan tua yang telah menghadapi berbagai-bagai kesulitan dalam mencari rezeki. Sajak ini secara halus menggambarkan kehidupan yang sederhana dan jauh daripada kekayaan material, namun berlimpah dengan kemakmuran jiwa dan kegembiraan. Nelayan tua dalam sajak ini dipandang sebagai sosok yang penuh dengan keberanian dan keterampilan dalam mengharungi kehidupan di laut yang luas, yang juga menjadi metafora perjalanan hidup yang penuh dengan rintangan dan harapan.
Setelah membaca sajak ini, penyajak juga telah berjaya menyampaikan pemikirannya dengan baik. Antara pemikiran yang terdapat dalam sajak ini ialah tentang keberanian dan semangat, meskipun menghadapi tragedi dan keterbatasan hidup, si tua tetap memiliki semangat dan keberanian untuk terus mencari rezeki dan bertahan untuk kelangsungan hidupnya. Kemandirian dan usaha dapat dilihat apabila si tua bertungkus-lumus membetulkan jaringnya sendiri dan peralatan yang digunakannya untuk mencari rezeki. Selain itu penyajak juga memaparkan tentang keterbatasan hidup si tua yang sempit dan jauh daripada kekayaan duniawi. Hal ini menunjukkan pemahaman akan realiti hidup yang tidak selalunya mudah.
Pemikiran lain yang didapati dalam sajak ini ialah tentang kekuatan dan anugerah kudrat meskipun si tua sudah berusia separuh abad namun masih mampu mengharungi samudera luas berbekalkan semangat dan sisa kudrat yang ada. Dengan harapan dan ketabahan dalam mencari nafkah, mencerminkan sikap positif dan tekad si tua untuk tetap meneruskan hidup meskipun dalam keadaan getir.
Gaya penulisan dan penggambaran dalam sajak ini sangat mengesankan dan mampu membuat pembaca terbawa-bawa dalam suasana dan perasaan yang ada. Sajak ini memberikan apresiasi yang kuat terhadap kerja keras dan dedikasi nelayan dalam mencari penghidupannya.
Gaya bahasa yang terdapat dalam sajak ini seperti personifikasi – “Si tua bertelut di bucu pangkin” – menunjukkan pemerihalan seorang tokoh dihidupkan dan digambarkan dam versi tersebut. Gaya bahasa perbandingan pula – “kesempitan jauh dari kekayaan duniawi” – menggambarkan betapa sempitnya kehidupan yang dijalani oleh nelayan tersebut. Manakala kata-kata figuratif yang terdapat dalam sajak ini – “menempuh oleng-oleng dan “menduga samudera” – menggambarkan upaya dan usaha yang dilakukan oleh nelayan dalam menakluki samudera yang ganas dan tak terduga. Sajak ini juga kaya dengan kata-kata puitis seperti dalam ungkapan – “sambil membetulkan jaring/ sesekali matanya merenung tajam ke arah biru lautan” – memberikan kesan indah dan puitis dalam menggambarkan adegan yang sedang berlangsung.
Secara keseluruhannya, kedua-dua sajak ini berjaya menyampaikan pemikirannya kepada pembaca tentang nilai sebuah kemakmuran dan perjuangan kehidupan. Syabas.
ADVERTISEMENT
热门新闻





百格视频





ADVERTISEMENT